Dugaan Panitia Pelaksana Tidak Independen, Tim Cabor Tenis Lapangan Lotim Hengkang Dari Partai Final Porprov NTB

banner 120x600

Sebagai bentuk protes terhadap adanya dugaan tidak adilnya panitia pelaksana Cabang Olahraga (Cabor) Tenis Lapangan pada pertandingan semi final dan final Porprov NTB ke-XI Tahun 2023 yang digelar di Kota Mataram. Seluruh atlet dan pelatih Tim Lombok Timur (Lotim) Cabor Atlet Tenis Lapangan boikot dengan hengkang dari laga tersebut.

Penjelasan tersebut disampaikan Ketua Pelti, Hafsan Hirwan kepada wartawan Sabtu (25/2/2023).

“Sepanjang sejarah Porprov NTB, ini adalah event terburuk. Seluruh tim Lotim Cabor Tenis Lapangan, malam ini check out dari hotel. Ini adalah bentuk protes tidak adilnya panitia pelaksana,” kesalnya.

Bukan tidak berdasar, lanjut Hafsan hal itu berdasarkan kesepakatan seluruh pengurus Pelti Lombok Timur bersama orang tua atlet. Boikot tersebut adalah buntut dari tidak adilnya panitia pelaksana yang menurutnya tidak independen dan dinilai telah merugikan kontingen tenis lapangan Lotim.

Pangkal permasalahan bermula dari atlet Kota Mataram mempertahankan atletnya untuk bertanding pada semi final pada Sabtu 25 Februari 2023. Sedangkan atlet Lotim di hari yang sama baru selesai bermain. “Tentunya ini sangat tidak adil, bagaimana mungkin atlet kita diminta bermain dalam kondisi kelelahan. Padahal atlet kita telah tiga kali bermain di hari yang sama,” tegas pelti yang akrab disapa pak not tersebut.

Awalnya kontingen Cabor Tenis Lotim meminta agar pertandingan digelar pada Minggu 26 Februari 2023 sebelum pelaksanaan final digelar untuk menjaga kesehatan dan keselamatan atlet. Namun, permintaan itu tidak diindahkan dan Kota Mataram tetap bersikukuh untuk bermain.

Ia berharap keputusan yang bijak dari panitia pelaksana untuk tidak bermain malam ini. Hal ini sesuai hasil komunikasinya dengan Tim Kota Mataram. Tapi hal itu tidak diindahkan, malah memutuskan untuk tetap bermain malam ini juga.

Panitia Pelaksana menurutnya telah menginjak harkat martabat dan harga diri Kabupaten Lombok Timur atas putusan yang sangat merugikan tim Lotim sembari bertanya apakah Porprov hanya untuk mencari medali atau prestise.

Hafsan menduga adanya perselingkuhan antara panitia pelaksana dengan tim Kota Mataram. “Apalah artinya medali, tanpa menjunjung sportivitas. Kami Kontingen Lotim mengejar prestasi bukan prestise. Maka dari itu, bentuk boikot atas keputusan panitia dengan check out dari hotel malam ini,” kata hafsan murka.

Bukan itu saja, kekecewaan kontingen Lotim terlihat saat pertandingan semi final Kota Mataram versus Kabupaten Lombok Utara (KLU) yang dinilai penuh sandiwara seperti serial di film Drama Korea.

Menurutnya, kejadian itu karena ketidakmampuan Panitia Pelaksana dan Ketua Pelti NTB dalam menyelesaikan masalah.

Sebelum aksi boikot terjadi, atlet tenis lapangan tunggal putri Deasya, dan ganda tunggal Deasya/Sasa yang merupakan kontingen Lotim telah memenangkan pertandingan dan meraih tiket maju ke partai final.

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *