Sebanyak 12 anak difabel turut ambil bagian dalam Festival Tari Jembrana ke VI Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Lembaga Kursus dan Pelatihan Tari Bali Sanggar Pradnya Swari di panggung Arda Candra Pura Jagatnatha, Minggu (12/2) malam.
Total ada 183 anak-anak yang memeriahkan Festival Tari Jembrana ke VI yang dibagi dalam 11 kategori lomba tari diantaranya tari Puspanjali, Sekar Jagat, Legong Condong, Kupu-kupu Tarum, Wirayuda, Garuda Wisnu, dan lainnya.
Bupati Jembrana, I Nengah Tamba sangat mengapresiasi diselenggarakannya Festival Tari tersebut, Ia melihat banyak potensi pelestarian budaya yang dapat terus digali dari generasi muda. Hal tersebut tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.
“Potensi adik-adik kita sangat luar biasa memukau, terima kasih saya ucapkan kepada Dinas Dikpora dan Disparbud yang selalu ingin kita harapkan membina dan terlibat dalam sanggar-sanggar seni, apalagi hari ini ada sanggar Seni Pradnya Swari dan tentu juga dukungan Kapolres Jembrana, saya ucapkan juga terima kasih kepada bapak Kapolri, bapak Kapolda Bali atas dukungan menggali potensi anak-anak muda kita dan budaya-budaya yang ada,” ucapnya.
Penampilan apik anak-anak penyandang disabilitas mendapat perhatian khusus Bupati Tamba, pihaknya memberikan dukungan terhadap sanggar seni yang memberikan ruang kepada anak-anak berkebutuhan khusus sehingga mereka bisa merasa setara dengan anak-anak pada umumnya.
“Hari ini juga mengejutkan karena ada anak-anak difabel yang ikut meramaikan acara ini dan saya sangat terharu atas jerih payah dari sanggar Pradnya Swari dalam mendidik anak-anak ini dan saya berjanji kepada sanggar dan anak-anak ini untuk memberikan peluang yang sama terhadap anak-anak ini,” ucapnya.
Sementara Pemilik Sanggar Pradnya Swari, Ni Kadek Astini mengatakan membina beberapa anak-anak berkebutuhan khusus diantaranya tuna rungu, tuna daksa dan tuna grahita. Ia mengaku fasilitas yang diberikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus tersebut diberikannya secara gratis.
“Untuk anak-anak disabilitas yang tergabung di dalam sanggar kita ada yang tuna rungu yaitu mereka tidak bisa bicara dan tidak bisa mendengar, ada tuna daksa yaitu yang anggota tubuhnya tidak lengkap, dan ada tuna grahita yang kecerdasannya agak terlambat. Anak-anak tersebut kami fasilitasi secara gratis,” ucapnya.
Made Astini menjelas untuk mengajar anak-anak difabel memerlukan perhatian yang lebih khusus, pihaknya mengatakan harus menjaga suasana hati anak didiknya tersebut agar mau terus berlatih tari.
“Kendalanya harus bisa menjaga moodnya anak-anak, karena kalau sudah moodnya berubah sangat sulit untuk mengajak dan berinteraksi dengan mereka untuk latihan menari. Kalau moodnya mereka yang luar biasa untuk latihan, maka disitu sekali saja kita mengajarkan mereka sudah mengerti,” ujarnya.
Ia pun berharap anak-anak difabel selalu diberikan kesempatan dalam mengekspesikan diri mereka. Ia mengatakan anak-anak difabel didikannya juga telah berkesempatan untuk tampil di tingkat Nasional.
“Harapannya ke depan anak-anak disabilitas selalu mendapatkan ruang untuk bisa tampil terutama di kabupaten Jembrana, kita juga pernah tampil di Jakarta dalam kegiatan Hari Disabilitas Internasional dan mewakili Jembrana di Klungkung dalam acara Kementerian Sosial kita juga diundang untuk tampil terutama anak-anak disabilitas,” pungkasnya.